Rabu, 19 September 2012

Asal Mula Punk

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gearakan anak muda yang di awali oleh anak-anak sekelas pekerja ini segera merebah.Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang di picu oleh kemerosotan moral oleh para politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi,karena itu Punk berusaha menyindir dengan caranya sendiri,yang melalui lagu-lagu mereka sendi atau gaya dandana...nya mereka sendiri,tetapi lirik lagunya yang sederhana dan bahkan ada yang kasar,beat yang cepat dan menggertak.

Banyak yang menyalah artikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh,karena pernah terjadi wabah lem yang berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka.Banyak pula yang merusak citra punk karena dari mereka banyak yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

Punk juga sebuah gerakan perlawanan bagi anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves,penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat dari lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik,lingkungan hidup,ekonomi,dan bahkan masalah agama.

Gaya Hidup Punk

Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

Akibat musik punk di cap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri,sehingga sering tidak memiliki kesempatan untuk tampil di acara televisi.Perusahaan-perusahaan pun enggan mengorbitkan mereka.

Punk di Indonesia

Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan,mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shit,aksesories,buku dan majalah,poster serta jasa tindik (piercing) dan tatoo.Seluruh produk di jual dengan harga yang sangat terjangkau....

MUTUAL AID

Mutual Aid kalau di terjemahkan kedalam bahasa ibu kita, itu sama saja artinya dengan Kerjasama. Gua sendiri mempunyai hasrat yang sangat kuat untuk bekerjasama daripada harus bersaing atau berkompetisi. Dan sampai detik ini gua masih beranggapan kalau hidup didalam persaingan itu bukanlah kehidupan yang asik, boro-boro membahagiakan hati (pokoknya nggak banget deh!!!). Lagipula kita sama-sama tahu bahwa sepanjang sejarah dunia hewan ataupun manusia, kerjasama lebih penting dari pada persaingan... Jadi, yang benar menurut gua itu adalah bertahan untuk kehidupan bersama bukannya saling bersaing dan berkompetisi untuk bertahan hidup. Kalau bahasa intelektualnya; Leadership of the fittest, bukannya survival of the fittest.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dengan mudah bisa melihat akibat dari jahatnya persaingan, yaitu timbulnya berbagai bentuk penipuan, penghianatan, dan penindasan yang dilakukan manusia kepada manusia. Coba kau bayangkan, dengan sesama manusia saja sudah sangat kejam dan sadistisnya amit-amit, lalu bagaimana dengan makluk hidup lainnya yang bukan ras manusia?! Dalam dunia kerja, nggak sedikit para pekerja yang mau berkompetisi untuk mendapat perhatian dari atasan atau majikan mereka. Semua untuk keselamatan dan keuntungan diri sendiri walau itu mesti mengorbankan kehidupan orang lain. Maka timbulah aksi jilat-menjilat dan aksi saling menjatuhkan dengan sesama rekan sekerja... Bos atau owner (pemilik perusahaan) sih tenang-tenang saja, karena justru diuntungkan dari konfik-konflik internal kaum proletar ini, kelompok sosial yang kalau dilihat dari segi jumlah atau kuantitas memang sangat besar. Inilah yang gua sebut dengan kebobrokan moral kaum proletar! Iming-imingi saja mereka dengan uang atau secuil porsi jabatan, maka kekuatan mereka akan mudah terpecah-belah, dan dengan otomatis sebagian besar mereka akan saling bersaing keras dan bahkan saling menghancurkan!!!

Oh iya, sedari tadi gua bicara tentang ‘proletar’... Sebelum gua melanjutkan tulisan, gua coba untuk menjelaskan arti proletar menurut sepengetahuan gua; bahwa ketika seseorang menjual tenaganya (karena ketiadaan modal/uang/kapital) kepada pemilik atau yang empunya perusahaan, maka dia bisa disebut sebagai seorang proletar (mau dia itu seorang cleaning servis, office boy, atau manajer sekalipun). Kalau dalam bahasa kesehari-harian kita, kaum proletar biasa kita sebut kaum buruh. Kalau orang-orang Marxis membaginya menjadi dua kelompok kelas; kaum buruh masuk kedalam kelas pekerja dan yang empunya perusahaan tadi masuk kedalam kelas pemodal. Dan persoalan kelas itu sendiri, yang di dominasi dua kelas yang saling benci tapi rindu ini (hehehe...), kalau gua jabarkan didalam tulisan ini maka pembahasannya akan menjadi panjang kali lebar kali tinggi alias panjang banget coy… Bisa jadi satu buku! Lagi pula ceritanya disini gua kan lagi nulis kolom, dan kalau pun nekat gua jelaskan disini belum tentu juga lu mau membacanya...

Gini aja deh, pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari yang bisa gua lihat, kedua kelompok kelas yang dikatakan oleh para Marxis ini saling bertentangan, pada kenyataan memang saling membutuhkan, walau harus kita perhatikan juga mereka nggak benar-benar pernah akur. Seperti hubungan rakyat dengan pemerintah, atau seperti menonton film kartun Tom & Jerry! Persoalan pertentangan kelas, memang sudah menjadi bahan pemikiran dan perdebatkan banyak orang dari jaman dulu, bahkan jauh sebelum Karl Marx mencetuskan dan menulis buku Manifesto Komunis atau Das Kapital di akhir abad 19 kemarin, yang mengkritik sistem ekonomi Kapitalisme. Dan menurut gua, brengseknya sistem ekonomi yang digagas oleh Adam Smith ini adalah karena secara langsung ataupun tidak langsung telah mengajarkan atau mendorong para bos/majikan/pemilik perusahaan/owner menempatkan atau memposisikan para pekerja mereka semata-mata sebagai mesin industri bukan sebagai mitra kerja/usaha. Padahal sampai kapan pun atau bahkan sampai mampus pun yang namanya makluk hidup nggak akan mau dan nggak akan bisa disejajarkan dengan mesin. Sebagai manusia, gua sendiri benci jika disama-samakan dengan seonggok besi!

Layaknya makluk hidup, manusia punya kebutuhan biologis, punya perasaan, dan pastinya setiap manusia mempunyai harapan atau impian! Dan praktek-praktek Kapitalisme yang selama ini terjadi telah mengenyampingkan hal itu atas nama akumulasi modal/kapital atau semata-mata untuk mengejar nilai lebih. Akhirnya yang ada didalam benak para pemilik modal itu adalah bagaimana caranya meraup keuntungan sebesar-besarnya, dengan cara apapun juga... Jika keuntungan besar bisa didapat dengan cara menekan ongkos produksi, maka itu harus segera dilakukan. Dan biasanya hal yang paling sering dilakukan adalah dengan cara menekan serendah mungkin upah para pekerja mereka. Persoalan apakah upah itu cukup atau tidak untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang layak, itu bukan urusan mereka. Kapitalisme mengajarkan kepada mereka bagaimana caranya meraup profit dan mengelembungkan modal dengan cepat (bahkan kalau bisa melebihi kecepatan kilat!), urusan keadilan sosial atau persoalan kemanusiaan bukanlah hal yang penting untuk mereka pikirkan! Toh jika suatu waktu terjadi clash atau konflik dengan para pekerja, mereka sudah mengantisipasi dengan membayar dan kemudian menggunakan kekuasaan politik atau kekuatan alat pemaksa yang dimiliki negara. Ya, berkolaborasinya pengusaha yang rakus dengan penguasa atau aparat negara yang korup selalu menciptakan sistem penindasan yang brutal!

Oke, oke... Taruhlah sistem Kapitalisme itu memang sangat menyebalkan, lalu bagaimana kita bisa melawannya??? Dan bisakah kita menghancurkannya??? Jawaban gua; untuk melawan tentu kita bisa. Walau untuk menghancurkan sistem ini mungkin menjadi sesuatu hal yang mustahil (untuk saat ini), tetapi minimal kita bisa mengurangi dominasi mereka dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus menciptakan model-model ekonomi alternatif yang lebih manusiawi, adil, partisipatoris dan demokratis. Contoh konkritnya dong, jangan cuma bisa berteori doang bung! Teriakmu lantang menggelegar!!! Oh, tentu saja kawan, harus itu! Teori tanpa praktek adalah omong kosong. Karena teori tanpa pernah di wujudkan sedikit pun dalam kehidupan nyata kita hanya akan menjadi bualan-bualan yang amat sangat memuakkan. Seperti kata orang-orang tua kita dulu, dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan...

Begini lagi deh coy, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti di kota Jakarta saat ini kita suka nggak suka, mau nggak mau memang mesti mengeluarkan biaya (mungkin situasinya akan berbeda bila kita hidup di gunung atau di hutan...). Kalau bicara biaya berarti ngomongin uang, dan kalau sudah ngomongin uang berarti juga mesti memperhitungkan pemasukan dan pengeluaran. Pastinya nggak akan ada pengeluaran kalau nggak ada pemasukan toh?! Kecuali kau berhutang. Dan berhutang pun sebenarnya juga pemasukan, walau minus...hehehe! Lalu bagaimana caranya biar ada pemasukan??? Caranya ya dengan melakukan aktifitas ekonomi seperti bekerja dengan orang lain/perusahaan, atau membuka usaha sendiri. Sebagian besar dari kita banyak yang “memilih” bekerja dengan menjual tenaga dan pikiran kita kepada orang lain. Ingin membuka usaha sendiri selalu kebentur sama ketiadaan modal usaha atau nggak punya keahlian yang mumpuni untuk itu. Nggak punya modal usaha yang cukup, nggak punya keahlian yang mumpuni tapi tetap ingin punya usaha sendiri...bisakah? Jawaban gua; bisa!!! Bila sendiri nggak bisa, mengapa nggak coba melakukannya dengan bekerjasama dengan kawan-kawan terbaik kita?! Dengan membuka usaha kolektif misalnya. Dengan kesepakatan yang dirumuskan dan disetujui bersama untuk kepentingan bersama pula.

Bila kita membuka usaha bersama dengan mengikuti perhitungan kaku ekonomi mainstream (kapitalisme) saat ini, setiap orang yang ikut dalam usaha bersama tadi, kedudukan dan pembagian hasil sangat tergantung dari berapa besar modal yang dia miliki. Semakin besar modal, maka semakin besar perannya dalam menentukan kebijakan atau keputusan dan tentu saja semakin besar pula bagian yang akan didapatkannya. Gua nggak begitu tertarik dengan sistem seperti ini. Gua menginginkan sistem ekonomi alternatif.

Tahun kemarin gua pernah mengajak beberapa orang sahabat untuk bekerjasama dalam kolektif, pada waktu itu kami memutuskan untuk membuka usaha warnet, warung kopi/serabi, dan distro yang pengelolaannya dilakukan secara bersama-sama. Modal yang kami punya waktu itu beragam dan berbeda-beda (yang nggak memiliki modal uang, asalkan dia mempunyai semangat dan komitmen untuk bekerjasama, maka dia bisa bergabung dalam kolektif), pada waktu itu kami sepakat dan memutuskan untuk persoalan pembagian hasil yang didapat dari usaha itu nantinya akan dibagi sama rata setelah setiap modal yang dikeluarkan telah berhasil kami kembalikan dalam waktu tertentu sesuai target-target kerja yang akan kami lakukan. Setiap anggota dalam kolektif bekerja dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya, yang sudah bisa mengajari yang belum bisa, untuk saling mengisi dan saling mengingatkan. Setiap kepala mempunyai satu suara, dan setiap suara sama berharganya. Setiap pengambilan keputusan harus di rundingkan bersama. Oleh karena itu setiap anggota harus memiliki kesadaran kolektif, sadar akan keberadaannya, sadar akan kewajiban dan hak-haknya dalam kolektif.

Mungkin kau akan bertanya, berhasilkah? Ya, tentu saja berhasil. Gua rasa semua yang ada didalam kolektif waktu itu cukup enjoy menjalani semua aktifitasnya. Memang ada pembagian unit kerja, tapi itu sifatnya nggak kaku dan mengikat, karena fungsinya untuk mempermudah pengelolaan saja. Cuma kesalahan fatal waktu itu terjadi di bulan ketiga, waktu gua mengusulkan kepada kawan-kawan di kolektif untuk meminjam dana yang cukup besar dari salah satu kerabat gua untuk pembelian 11 unit komputer yang baru (berikut meja, dan tetek-bengek lainnya) untuk menggantikan unit lama yang akan diambil oleh pemiliknya. Ya, dia telah sudah berbaik hati meminjamkan ke kami selama 2 bulan. Pada awal perjanjian yang tak tertulis itu, kerabat yang masih bibi gua ini setuju meminjamkan modal dengan perjanjian bagi hasil 60:40 (60 buat kolektif, 40 buat dia). Pembagian hasil bisa dilakukan ketika semua penghasilan dalam sebulan telah dikurangi untuk pengeluaran biaya kontrakan, speedy/telkom, listrik, air, makan/minum sehari-hari.

Tapi sialnya, saat semua telah rampung di kerjakan dan penghasilan perminggu dari warnet mulai melebihi angka 1,2 jutaan (cukup lumayan buat warnet yang baru buka beberapa minggu), bibi gua secara sepihak merubah kesepakatan. Dia ingin gua bekerja untuk dirinya, semua penghasilan diserahkan kepadanya. Dia juga meminta gua untuk menyingkirkan kawan-kawan gua yang selama ini telah merintis dan membangun usaha bersama-sama… Gila apa! Jelas saja gua menolak keras! Gua mengatakan; “anda boleh punya uang, tapi kami punya ide dan tenaga untuk menggerakkan roda usaha, maka aku pikir hubungan kita adalah mitra usaha yang kedudukannya setara, hubungannya bukan seperti majikan dan pekerja...” Dua orang sahabat gua menganjurkan gua untuk mengalah saja, mereka juga bersedia untuk mundur. Tapi bagi gua ini sudah nggak bisa di toleransi karena sudah menginjak-injak hal yang sangat prinsipil. Lagi pula gua nggak akan pernah mau menghianati kawan-kawan yang selama ini bekerja siang-malam untuk kolektif. Wajar aja gua marah, karena ini nggak sesuai dengan kesepakatan awal. Walaupun bibi gua itu telah mengirimkan paman-paman gua untuk membujuk dan menekan gua, sikap gua nggak berubah. Paman-paman gua hanya terdiam ketika gua menjelaskan duduk persoalannya. Gua memberikan ultimatum kepada bibi gua untuk segera mengangkut semua unit komputer, karena bila lewat dari hari yang telah ditentukan, maka tangan gua sendiri yang akan melemparkannya kejalanan!

Pengalaman diatas menjadi pelajaran penting buat gua dan kawan-kawan... Bahwa bila ingin membuat usaha kolektif bersama kawan-kawan sepaham kita maka sebaiknya lakukan dengan modal sendiri, jangan ada campur tangan pemodal besar yang nggak pernah mau mengerti apa itu kerja-kerja kolektif. Mulailah dari usaha yang nggak terlalu membutuhkan modal yang besar. Ya, selalu ada pelajaran dari kesalahan, sialnya semakin pahit kesalahan maka semakin berharga pelajaran yang didapatkan. Dan jangan pernah melakukan kesalahan yang sama!

Sebenarnya apa sih yang kita cari dalam hidup di dunia? Apa yang ingin kita raih dalam kehidupan yang singkat ini?! Pada dasarnya, jika kita ingin mengikuti hasrat alami kita, maka gua rasa semua orang sangat menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Lalu hidup yang membahagiakan hati itu hidup yang seperti apa sih?! Mungkin kita akan sepakat untuk mengatakan bahwa kita akan merasa bahagia jika hidup dalam atmosfir kebebasan, keadilan dan kesejahteraan. Apakah kebebasan, keadilan dan kesejahteraan itu hanya untuk sebagian orang saja?! Tentu sekali lagi kita akan mengatakan; kebebasan, keadilan dan kesejahteraan itu untuk semua orang!

Pertanyaan terakhir gua kepada para pembaca adalah; apakah kita akan mendapatkan kebebasan, keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan yang penuh dengan intrik-intrik persaingan keji dan kompetisi tanpa henti yang meniadakan belas kasih?! Apakah hidupmu bahagia setelah bisa mengalahkan, menundukkan dan menjadikan manusia lainnya sebagai alas kakimu??? Apakah kau akan mengajarkan keturunanmu untuk menjadi kanibalis bengis terhadap sesamanya?!!!

Indonesia Masa Depan....

Djuyoto Memprediksi Tahun 2015 Indonesia Pecah. BERAGAM reaksi dan tanggapan muncul ketika wacana tentang masa depan Indonesia, yang juga dijadikan judul buku oleh Djuyoto Suntani, itu muncul dalam acara Dialog Kebangsaan berjudul Indonesia: Kemarin, Kini dan Esok sekaligus peluncuran buku tersebut. Komentar bernada pesimis, optimis, hingga rasa tidak percaya silih berganti diberikan oleh berbagai pihak yang hadir di Gedung Aneka Bhakti Departemen Sosial kemarin. Mungkinkah Indonesia benar-benar akan ‘pecah’ pada tahun 2015?

Djuyoto Suntani, sang penulis buku, menyatakan dalam bukunya paling tidak ada tujuh faktor utama yang akan menyebabkan Indonesia “pecah” menjadi 17 kepingan negeri-negeri kecil di tahun 2015. Kepingan negeri-negeri kecil itu sendiri menurutnya didirikan berdasarkan atas:

1. Kepentingan rimordial (kesamaan etnis),
2. Ikatan ekonomis (kepentingan bisnis),
3. Ikatan kultur (kesamaan budaya),
4. Ikatan ideologis (kepentingan politik), dan
5. Ikatan regilius (membangun negara berdasar agama).

Penyebab pertama adalah siklus tujuh abad atau 70 tahun. Dalam bukunya ia menuliskan;
“Seperti kita ketahui, semua yang terjadi di alam ini mengikuti suatu siklus tertentu. Eksistensi suatu bangsa dan negara juga termasuk dalam suatu siklus yang berjalan sesuai dengan ketentuan hukum alam. Dia mengambil contoh Kerajaan Sriwijaya yang berkuasa pada abad 6-7 M di mana waktu itu rakyat di kawasan Nusantara bersatu di bawah kepemimpinannya. Memasuki usia ke-70 tahun kerajaan itu mulai buyar dan muncul banyak kerajaan kecil yang mandiri berdaulat. Alhasil, di awal abad ke-9 nama Kerajaan Sriwijaya hanya tinggal sejarah. Tujuh abad kemudian (abad 13-14 M) lahir Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur sekarang. Kerajaan besar itu berhasil menyatukan kembali penduduk Nusantara. Namun, kerajaan ini pun bernasib sama dengan Sriwijaya. Memasuki usia ke-70 pengaruhnya mulai hilang dan bermunculanlah kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Nama Majapahit pun hilang ditelan bumi. Tujuh abad pasca-jatuhnya Majapahit, di tahun 1945 (abad 20) rakyat Nusantara kembali bersatu dalam suatu ikatan negara bangsa bernama Republik Indonesia (abad 20-21). Tahun 2015 akan bertepatan RI merayakan HUT-nya yang ke-70″.

Dia pun menyatakan,
“Selama ini saya selalu optimis, tapi melihat perkembangan di lapangan, apa yang terjadi pada sesama anak bangsa, sungguh mengenaskan. Irama perpolitikan nasional dewasa ini mengisyaratkan hitungan siklus bersatu dan bubar dalam tujuh abad, 70 tahun tampaknya kembali terulang. Berbagai fenomena alam yang menguat ke arah bukti kebenaran siklus sudah banyak kita saksikan. Pertengkaran sesama anak bangsa, terutama elite politik, tidak kunjung selesai, tulis Djuyoto. Penyebab kedua, Indonesia telah kehilangan figur pemersatu bangsa. Setelah Ir Soekarno dan HM Soeharto, tidak ada tokoh nasional yang benar-benar bisa mempersatukan bangsa ini. Masing-masing anak bangsa selalu merasa paling hebat, paling mampu, paling pintar, dan paling benar sendiri. Para tokoh nasional yang memimpin negeri ini belum menunjukkan berbagai sosok negarawan karena dalam memimpin lebih mengutamakan kepentingan politik golongan/kelompok daripada kepentingan bangsa (rakyat) secara luas. Kehilangan figur tokoh pemersatu adalah ancaman paling signifikan yang membawa negeri ini ke jurang perpecahan”. Katanya tegas.

Pertengkaran sesama anak bangsa yang sama-sama merasa jago dan hebat, masing-masing punya kendaraan partai, punya jaringan internasional, punya dana/uang mandiri, punya akses, merasa punya kemampuan jadi Presiden; merupakan penyebab ketiga Indonesia akan pecah berkeping-keping menjadi negara-negara kecil. Masing-masing tokoh ingin menjadi nomor satu di suatu negara. Fenomena ini sudah menguat sejak era reformasi yang dimulai dengan diterapkannya UU Otonomi Daerah.

Salah satu penyebab Indonesia akan pecah di tahun 2015 karena adanya konspirasi global. Ada grand strategy global untuk menghancurkankeutuhan Indonesia. Ada skenario tingkat tinggi yang ingin menghancurkan Indonesia atau bahkan menghilangkan nama Indonesia sebagai negara bangsa, tegasnya. Konspirasi global ini, Djuyoto Suntani melihat, terus bergerak dan bekerja secara cerdas dengan menggunakan kekuatan canggih melalui penetrasi budaya, penyesatan opini, arus investasi, berbagai tema kampanye indah seperti demokratisasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, modernisasi, kebebasan pers, kemakmuran, kesejahteraan, sampai pada mimpi-mimpi indah lewat bisnis obat-obatan terlarang dengan segmen generasi muda.

Penyebab utama kelima Indonesia akan”‘pecah” dalam penilaiannya adalah faktor nama. Apa yang salah dengan nama? Ternyata, nama Indonesia sesungguhnya berasal dari warisan kolonial Belanda yakni East-India atau India Timur alias Hindia Belanda. Kalangan tokoh politik Belanda tingkat atas malah sering menyebut Indonesia dengan singkatan: In-corporate Do/e-Netherland in-Asia atau kalau diartikan secara bebas
nama Indonesia sama dengan singkatan Perusahaan Belanda yang berada di Asia. Pemberian nama Indonesia oleh Belanda memang memiliki agenda politik tersembunyi sebab Belanda tidak rela Indonesia menjadi bangsa dan negara yang besar. Nama orisinil kawasan negeri ini yang benar adalah Nusantara, yang berasal dari kata Bahasa Sansekerta Nusa (pulau) dan Antara. Artinya, negara yang terletak di antara pulau-pulau terbesar dan terbanyak di dunia sebab negara kita merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Bila para anak bangsa tahun 2015 mampu menyelamatkan keutuhan negeri ini sebagai satu bangsa, salah satu opsi adalah dengan penggantian nama dari Indonesia menjadi Nusantara. Nama Nusantara lebih relevan, orisinil, berasal dari jiwa bumi sendiri dan lebih membawa keberuntungan, pesan Djuyoto. Namun, karena perpecahan sudah di ujung tanduk, salah satu agenda dalam membangun komitmen baru sebagai bangsa dalam pandangannya adalah dengan cara (perlu direnungkan) mengganti nama Indonesia menjadi Nusantara. Karena, nama memiliki arti serta memberi berkah tersendiri. Tidak hanya nama Indonesia yang bisa menjadi penyebab negeri ini pecah, nama Jakarta pun ternyata ikut berpengaruh terhadap keutuhan republik ini.

Nama Jakarta, Djuyoto mengungkapkan, memiliki konotasi negatif bagi sebagian besar masyarakat. Bila kita ingin menyelamatkan Indonesia dari ancaman perpecahan serta punya komitmen bersama untuk membawa negara ini menjadi negara besar yang dihormati dunia internasional, maka nama ibukota negara seyogianya dikembalikan kepada nama awalnya yaitu Jayakarta. Nama Jayakarta lebih tepat sebagai roh spirit Ke-Jaya-an Ibukota negara daripada nama Jakarta, sarannya.

Penyebab terakhir pecahnya Indonesia adalah gonjang ganjing pemilihan Presiden tahun 2014. Dia menyatakan dalam Pilpres 2009 bisa saja sejumlah tokoh yang kalah masih mampu mengendalikan diri tapi gejolak massa akar rumput yang berasal dari massa pendukung tidak mau menerima kekalahan jago pilihannya. Mereka lalu mempersiapkan diri untuk maju bertarung lagi pada Pilpres 2014. Pilpres 2014 adalah puncak ledakan dashyat gunung es yang benar-benar membahayakan integrasi Indonesia. Menurut Djuyoto dari informasi yang ia peroleh di seluruh penjuru Tanah-Air, indikasi karena gengsi kalah bersaing dalam Pilpres Indonesia lantas mengambil keputusan radikal dengan mendeklarasikan negara baru bukanlah sekedar omong kosong tapi akan terbukti. Pergolakan alam negeri ini seperti gunung es yang tampak tenang di permukaan namun setiap saat pasti meletus dengan dashyat.

Djuyoto Suntani menjelaskan, pada Pilpres 2014 bakal bermunculan figur dari berbagai daerah yang mulai berani bertarung memperebutkan kursi RI-1 untuk bersaing dengan tokoh nasional di Jakarta. Para tokoh daerah sudah dibekali modal setara dengan para tokoh nasional di Jakarta. Jika mereka kalah dalam Pilpres 2014, karena desakan massa pendukung, opsi lain adalah mendirikan negara baru, melepaskan diri dari Jakarta. Gonjang ganjing Indonesia sebagai bangsa akan mencapai titik didih terpanas pada Pilpres 2014. Jika kita tidak mampu mengendalikan keutuhan negeri ini, tahun 2015 Indonesia benar-benar pecah. Para Capres Indonesia 2014 yang gagal ramai-ramai akan pulang kampung untuk mendeklarasikan negara baru. Mereka merasa punya kemampuan, punya harga diri, punya uang, punya jaringan dan punya massa/rakyat pendukung. Perubahan dan pergolakan politik nasional pada tahun 2014 diperkirakan bisa lebih dashyat karena tidak ada lagi figur tokoh pemersatu yang dihormati dan diterima oleh seluruh bangsa.

Agar Indonesia tidak pecah, dia menyerukan seluruh elemen bangsa untuk bersatu dan bersatu. Dia berharap seluruh bangsa menyadari ancaman yang ada di depan mata dan kemudian saling bergandengan tangan bersatu untuk menyelesaikan semua permasalahan bangsa. Djuyoto bilang buku ini ditulis sebagai peringatan dini, sebagai salah satu wujud untuk berupaya menyelamatkan Indonesia dari ancaman kehancuran. Dengan adanya buku ini diharapkan semoga anak-anak bangsa mulai menyadari bahwa hantu Indonesia pecah sudah berada di depan mata. Kalau sudah paham, diharapkan mulai tumbuh kesadaran dari dalam hati lalu secara bersama-sama mengambil langkah untuk mencegah.

ke 17 negara itu antara lain.

1.Naggroe Atjeh Darrusallam : Banda Atjeh
2.Sumatra Utara : Medan
3.Sumatra Selatan : Lampung
4.Sunda Kecil : Jakarta
5.Jamar (Jawa Madura) : Surakarta
6.Yogyakarta : Yogyakarta
7.Kalimantan Barat : Pontianak
8.Kalimantan Timur : Samarinda
9.Ternate Tidore : Ternate
10.Sulawesi Selatan : Makassar
11.Sulawesi Utara : Manado
12.Nusa Tenggara : Mataram
13.Flobamora & Sumba: Kupang
14.Timor Leste : Dili
15.Maluku Selatan : Ambon
16.Maluku Tenggara : Tual
17.Papua Barat : Jayapura

Apa Itu PUNK....???!!!!

ImagePUNK (Public United Not Kingdom) yang artinya negara kesatuan anti penjajahan…

Intinya bebas atau Freedom…

Sekarang banyak yang mengaku dirinya seorang PUNK, padahal yang tau drinya PUNK tu bkan drinya sendiri, tapi orang lain yang menilai bahwa kita adalah seorang PUNK.. kenapa gitu..?? Kalau kita mengaku PUNK apa mungkin orang mengakui..?? kalo gak diakui tuk apa mgaku-ngaku.. atau untuk gaya depan teman-teman “Aku ini anak PUNK ” apa itu merupakan suatu kebanggaan…? kita DI PUNK bukan cari kebanggan melainkan cari cara dan mengumpulkan Idealis kita untuk suatu saat nanti apabila terjadi perang Idealis kelompok CAdas.. Truz PUNK gak mesti harus Berstyle.. coz Punk IS LIFE… not Style… banyak orang bilang KaLo pakai Pierching itu berarti anak PUNK,,???!!!! Bull shit tuch..!!

yang perlu diketahui…

Emo isn’t PUNK

Harajuku isn’t PUNK

Skinhead isn’t PUNK

Dll…

PUNK ya PUNK komunitas pembrontak anti pecundang mania..!!

Banyak para masyarakat PUNK sering myebutkan kita Oi…Oi…Oi… tuk menyapa sesama Punkerz..

Yang perlu kita ketahui Oi… tu adalah kata-kata milik Komunitas SKINHEAD BUKAN PUNK…!!

Skinhead kaum BURUH

Punk kaum PEMBERONTAK

Skinhead Mirip Dengan Punk, Tapi bukan PUNK……………

Sekarang PUNK dijadikan tempat Pelarian para Broken Child, bukan lagi tempat untuk mencari Ide-ide terbaik untuk masa yang akan datang..

sayangnya sekarang diPUNK orang bukan bermisi tuk Membrontak melainkan cuma mencari kesenangan, pacar, nafsu sex, kumpul-kumpul, cari pengalaman, biar dibilang orang keren..!!! Jadi buat apa berstyle cadas..!alias full aksesoris.. Okelah Punk butuh style,, tapi apa dengan berstyle itu terjamin dalam segala hal yang bersangkutan dengan PUNK..??? itu harus dipikir…..!!!!!!!!!!!

Pesan ku buat para PUNK yang gak jelas mau kemana tujuannya.. bagusnya loe pulang minum susu ma obat cacing dan tidur,, besoknya sekolah baik-baik dan jadi pemimpin yang berguna itu pun kalau kalian Pintar..!!!!

wkwkwkwkwkw..!!!!

so…..gak perlu teriak kita PUNK..!!! biar hidup yang teriakin kita PUNK….!!!

kita mengenalkan diri berarti kita memang tidak di kenal untuk itu….

berbeda dengan predikat yang di berikan orang kepada kita karena apa yang kita lakukan….

PUNK itu BERONTAK….pada apa yang salah…

pada apa yang tidak sesuai…!!

bukan GAYA…..PUNK ITU IDEALISME…!!!

Tulisan Band Metal Yang Unik

Logo paling lazim muncul di cover CD album atau di poster atau banner acara musik seperti festival maupun solo concert. Terkadang logo band juga terlihat di equipment atau peralatan band, misalnya di alat musiknya (paling lumrah di bagian depan kick drum) atau di gitar. Bodi kendaraan seperti bus yang dipakai tur juga bisa menjadi tempat terpampangnya sang logo. Iron Maiden malah meletakkan besar – besar logo mereka di bodi Ed Force One, pesawat jenis Boing 757 yang sejak tahun 2007 mereka gunakan untuk tur.

Banyak sekali logo – logo band yang unik dan khas di alam musik metal. Beberapa di antaranya sudah sangat mendunia dan dikenal seperti logonya Iron Maiden itu tadi. Dan kerena sebuah logo adalah identitas, penciptaannya pun dibuat sesuai dengan karakter band yang diwakilinya. Maka kemudian muncul logo – logo band metal yang unik dan menarik.

Nah, salah satu sisi yang dianggap unik dan menarik dalam menciptakan logo bagi beberapa band metal adalah membuat logo yang sangat sulit dibaca. Pernah lihat logo milik band – band seperti Cryptopsy, Oathean, Diabolical Masquerade atau band lokal asal Jogja, Cranial Incisored? Logo – logo mereka bagi orang awam mungkin sudah termasuk susah dibaca. Tentu bagi yang sudah mengenal band – band tersebut biasanya sudah bisa mengenali juga logonya.

Tapi ada beberapa band metal yang logonya sangat sulit atau bahkan tak terbaca. Mau tahu siapa saja band – band tersebut? Silakan telusuri 13 logo band metal yang susah atau tidak terbaca berikut ini :
13. Logo pertama yang sulit dibaca adalah milik ABADDON INCARNATE. Band ini berasal dari Dublin, Irlandia. Terbentuk pada 1991, telah merilis empat buah album dan setumpuk demo sejak 1995. Lirik lagunya kebanyakan bertema tentang satanisme. Musiknya merupakan gabungan antara grindcore dan death metal.

12. Logo ini adalah milik ANGUISHED. Berasal dari Helsinki, Finlandia, Anguished tergolong pendatang baru, karena baru muncul pada 2009 dan baru merilis satu buah album berjudul ”Cold” pada 2010. Ini sebenarnya adalah sebuah solo project yang dikerjakan oleh Possessed Demoness, seorang cewek yang menyanyi dan memainkan semua instrumen di albumnya, kecuali drum yang dimainkan oleh seseorang bernama Mental Penetrator. Musik Anguished sangat kental black metal dengan jeritan vokal Demoness yang tinggi dan kasar.


11. Logo berikutnya yang susah dibaca adalah logonya ASTRAL OATH. Berasal dari Italia, mengusung genre black metal yang diselipi dengan elemen ambient yang sangat kental. Baru merilis satu album pada 2009 berjudul ”Hidden Path”. Album ini kabarnya cuma dirilis sebanyak 50 biji saja. Berisi enam buah lagu yang bernuansa black metal dan ambient yang dingin tapi pekak.


10. Yang ini adalah milik FINE CHINA SUPERBONE, band experimental jazz metal asal Den Haag, Belanda. Musiknya adalah gabungan antara nu jazz dan metal dengan dibalut nuansa progresif. Band ini sudah aktif sejak tahun 90an.





9. Ini adalah logonya GORTUARY, band brutal death metal asal San Diego, California. Mulai aktif sejak 2006 dan telah merilis dua buah album pada 2008 dan 2010 melalui label Sevared Records. Musik Gortuary terhitung rapat dengan mengandalkan blast beat dan ritem gitar yang diselipi lick – lick pendek dan solo gitar yang cepat. Khas brutal death metal.



8. Logo ini punyanya NIDRIKE. Nidrike adalah band Swedia yang terbentuk pada 2007 dan memainkan genre black metal. Ada dua band bernama Nidrike yang sama – sama berasal dari Swedia dan sama – sama memainkan black metal. Hanya saja band Nidrike yang satunya memiliki logo yang masih bisa dibaca.




7. Logo ini milik ROGERS MET AN IRANIAN. Ini adalah band brutal death metal/grindcore asal Grand Rapids, Michigan yang terbentuk pada 2005. Sayangnya karir band ini sangat pendek. Mereka bubar pada 2007 dengan hanya sempat merilis satu buah album yaitu ”Sloth” pada 2005.








6. Berikutnya ke Amerika Latin, tepatnya Kolombia. Di sana ada band bernama ARBORIS MORTUUS. Yup, logo nomor 6 ini adalah milik band asal Tunja, Kolombia. Band berpersonil empat orang ini mengusung stream black metal. Berdiri sejak 2004, merilis beberapa demo dan sebuah album split bersama dua band sejenis yaitu Asbel dan Misanthrope yang juga berasal dari Kolombia. Hanya sayangnya Arboris Mortuss sekarang sudah bubar.








5. Ada yang bisa membaca logo ini? Ini adalah logonya MEDIC VOMITING PUS, band asal Tokyo, Jepang yang beraliran Brutal Death Metal. Tergolong band baru, terbentuk pada 2008 dan belum bikin album. Hanya dua buah demo yang direkam pada 2009 dan 2011.









4. Semakin mendekati peringkat satu, semakin tak bisa dibaca. Logo yang terkesan seperti dibuat dengan cara dicoret – coret ini adalah milik ROTE ROUE, Band black metal asal Queensland, Australia. Albumnya baru satu, berjudul “De Profundis” dirilis pada 2008. Band ini jarang menggunakan kecepatan/speed dalam musiknya, mereka lebih mengutamakan membangun nuansa gelap dan suram.




3. Lebih mirip se
buah lukisan daripada tulisan. Ini adalah logo milik band black/death metal asal Kanada, ANTEDILUVIAN. Terbentuk tahun 2006 tapi sudah punya banyak dokumentasi rekaman, meski kebanyakan masih dalam bentuk demo. Tahun 2011 mereka baru merilis album pertamanya berjudul “Through the Cervix of Hawwah”.










2. Di urutan ke
dua ada logo milik TRISTE. Triste adalah project black metal garapan Hetre yang dimulai pada 2005 di California. Sempat merilis tiga buah mini album pada 2006 dan 2007. Musiknya berputar di genre black metal yang dingin, depresif dan suicidal. Triste kini kabarnya sudah tak lagi aktif. Sosok Hetre dikenal sebagai sosok yang tertutup, bahkan nama aslinya pun tak diketahui. Dalam bahasa Inggris, kata ”triste’ memiliki arti ”sad” atau ”sedih”. Kata ’triste” berasal dari bahasa Prancis.















1. Logo ini rasanya pantas menjadi peringkat satu dalam daftar ini. Logo yang sepertinya sama sekali tak memuat bentuk fisik huruf apap un ini adalah milik FROSTSKOG, band black metal asal Gothenburg, Swedia. Berdiri pada tahun 2004 tapi baru sempat merilis demo dua kali pada 2005 dan 2008. Musik Fröstskög pekat khas black metal 90an dengan kualitas rekaman yang mentah.


Masih banyak band - band dengan logo yang sulit dibaca. Penggunaan logo - logo itu dianggap pas bagi band yang menggunakannya meskipun orang susah membacanya atau memang sengaja dibuat agar tak terbaca sebagai sebuah bentuk karya seni yang bebas. So, what's your favourite unreadable metal logo? (Ariwan K Perdana)



Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Manfaat Mendengarkan Musik Metal

Tidak bisa dipungkiri bahwa musik cadas seperti Metal kian hari kian digandrungi anak muda masa kini. Ini terbukti dengan makin populernya genre musik ini di kalangan masyarakat dan sudah seperti menjadi trend gaya hidup anak muda.
Metal Logo Wallpaper
Metal Logo Wallpaper
Meski tak semua orang suka dengan musik beraliran cadas. Iramanya yang hingar bingar dianggap sebagai musik yang hanya membuat telinga tuli. Tapi mulai sekarang, meskipun Anda tak menyukainya, tak ada salahnya jika Anda memanfaatkan keberadaannya untuk meredam stres. Tak percaya? Penelitian terbaru yang dilansir oleh Sciencedaily bahkan menyebutkan bahwa penggemar musik heavy metal ternyata lebih pandai meredam emosi negatif, lebih ekspresif dan lebih bisa meluapkan kemarahannya.Penelitian yang melibatkan 1.057 murid dari usia antara 11 dan 18 tahun dari sekolahNational Academy di Amerika.
Semua responden diteliti dengan cermat hubungan mereka dengan keluarga, perilaku di sekolah, bagaimana mereka menghabiskan waktu santai, musik kesukaan, dan jenis media yang mereka konsumsi. “Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa bahwa presepsi yang selama ini beredar salah. Selama ini orang menganggap murid yang cerdas dan memiliki intelijensi tinggi cenderung didominasi mereka yang suka musik klasik dan menghabiskan banyak waktu untuk membaca,” ujar Stuart Cadwallader, kepala penelitian dari Warwick University.Sayangnya, menurut Stuart tudi mereka yang menikmati musik heavy metal cenderung mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dengan keluarga dan teman-teman mereka. Dan mereka menjadikan musik sebagai media ‘keterbukaan’.

Sebagian besar murid mengatakan mereka tidak mempertimbangkan untuk menjadi penganut Metal sejati tapi musik heavy metal memahami aspek spesifik kebudayaan pemuda saat ini. Dengan menggunakan musik yang keras dan agresif, mereka bisa keluar dan lepas dari rasa frustrasi dan kemarahan. Di sini berhasil dibuktikan bahwa musik heavy metal atau cadas juga bisa meredekan situasi hati atau mood yang sedang buruk. Menurut Stuart, “banyak musisi aliran heavy metal juga memiliki tingkat intelijensi tinggi seperti vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson, yang selain sebagai musisi, juga berprofesi sebagai novelis dan pilot penerbangan.”
Beberapa manfaat mendengarkan musik metal :
1. Mendengarkan musik metal bisa memperbaiki mood.
Mendengar musik logam berat ini bisa menstabilkan mood. Terlebih untuk remaja yang mengidap depresi. Dengan mendengarkannya, perasaan sedih atau marah bisa diluapkan. Si remaja bisa lebih santai atau tenang untuk menjalani hidupnya. Tapi, pengawasan orang tua disini perlu. apabila mood si anak turun, sebaiknya larang anak mendengar musik ini.
2. IQ meningkat.
Dari hasil penelitian, pendengar musik beraliran metal ini, umumnya mahasiswa mendapatkan nilai lebih tinggi dari mahasiswa lainnya, bahkan diatas rata-rata. Beberapa bidang studi juga menemukan kecerdasan yang tinggi diantara penikmat musik keras ini.
3. Menurunkan potensi bunuh diri.
Musik metal dapat menurunkan emosi atau tingkat kecemasan. Setelah mendengarkan musik metal. Pendengar bisa lebih nyaman atau lebih baik dari sebelumnya. Musik ini dapat mengobati rasa tertekan mereka.

Awal Mula Musik Metal Di Indonesia

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy (Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Di luar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal dan internasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Diketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet (www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah, Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut, Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yang terletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.


Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V, Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

Bandung scene

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!